Senin, 08 Juni 2009

Hari Lingkungan


Saatnya Merefleksi Diri

Lima Juni ini saya baru tahu kalau ia diperingati sebagai hari lingkungan hidup. Hmm... mungkin ini hikmah dari masuknya saya menjadi mahasiswi biologi. Ada banyak hal yang harusnya jadi bahan renungan kita--terutama saya--kembali.
ya, sudah berapa bermanfaatkah kita pada lingkungan?
Secara khusus saya maksudkan lingkungan di tulisan ini adalah makna secara keseluruhan terutama lingkungan 'bumi' yang sedang sakit.
Saya jadi ingat kata-kata yang dikuliahkan dosen saya, Dr. Retno Peni Sancayaningsih, M.Sc. Beliau pernah berkata pada suatu kelas pagi yang saya ikuti tentang pola alami hubungan kita dengan lingkungan. Awalnya kita begitu membutuhkan lingkungan untuk menjadi makhluk yang sustain. Kemudian kita menjadi makhluk mandiri yang ternyata lantas merasa memiliki bumi dan memperlakukannya secara sewenang-wenang. Namun pada akhirnya, kita mau tak mau memasuki fase ketiga. Fase di mana kita dan lingkungan saling ketergantungan satu sama lain. Maksudnya, kita tak bisa lagi sewenang-wenang karena lingkungan kini berbalik. Kondisinya tak sama lagi dengan di awal. Pada masa ini lingkungan/bumi mnembutuhkan kita untuk pelestariannya dan kita membutuhkannya untuk kebutuhan kita yang kata pakar ekonomi sekarang-tak berbatas. Kalau kita masih seenaknya saja tanpa melakukan pelestarian dan konservasi, yang kita dapatkan adalah bencana yang datang secara beruntun. Seperti saat ini.
Memang, waktu di saat kita hidup sekarang ini memang di fasa ketiga.
Kita sudah lihat sendiri. Sekarang kita tak bisa lagi ngawur memakai pestisida untuk membunuh serangga, karena ternyata pestisida itu juga akan membunuh kita, perlahan tapi pasti. Tak bisa seenaknya kita menebangi pohon di hutan yang hampir habis. Kenapa? Saya kira cukuplah banjir bandang di mana-mana, pemanasan global, tanah longsor menjadi jawabannya.
Ada banyak hal.
Maka kita, lagi-lagi terutama saya, harus mulai berubah. Secepatnya. Saat ini juga. Kita ganti kendaraan bermotor kita saat pergi ke tempat berjarak dekat dengan sepeda atau jalan kaki. Toh kita malah akan bisa berhemat. Bukankah harga minyak dunia naik lagi? Tentu saja itu hal yang harus kita lakukan secara rutin. Bukan hanya hal setahun sekali yang dilakukan untuk menarik masa saat pilihan presiden. Bukan sama sekali. Tapi tak apalah. Setidaknya ada keteladanan yang sedikit banyak dapat kita petik.
Oya, Pak Sri Sultan masihkah bersepeda saat ke kantor? Hmmm.... Lama tak dengar kabar beliau.
Chao! Carpe diem! Seize the day!